Kamis, 13 September 2012

Pengantar Ilmu Hadist oleh Ali Nashiri (3)

PASAL KETIGA


Sejarah Singkat Hadits Syi'ah


1. Atas usaha yang dilakukan oleh Ahlulbait as dan para sahabatnya, penulisan hadits dalam sejarah mazhab Syi'ah, pada masa pelarangan, tidak pernah mengalami kemandegan dan terus berlanjut dan pada masa kodifikasi dan penyusunan Jawami' Hadits Syi'ah, ia lebih banyak menukil dan menyalin dari tulisan-tulisan yang ada dibanding bersandar kepada penukilan lewat lisan.


2. Pada periode paling awal dari sejarah hadits Syi'ah, telah muncul penulisan-penulisan hadits; seperti Kitab Salman, Kitab Abu Dzar dan lain-lain yang kesemuanya itu sudah tidak ada dihadapan kita dan tinggal sejarah saja yang memberikan informasi tentang keberadaan kitab-kitab yang sangat berharga tersebut. Dan sebagiannya lagi seperti Kitab Imam Ali as yang saat ini berada ditangan mulia Imam Zaman ajf., Nahjul Balaghah, dan Shahifah as Sajjadiyah yang saat ini ada bersama kita.


3. Kitab Imam Ali as merupakan kumpulan riwayat-riwayat yang dibacakan langsung oleh Rasulullah saw dan dicatat langsung pula oleh Imam Ali as. Berdasarkan riwayat-riwayat yang ada, menghikayatkan bahwa ukuran kitab ini sekitar 70 zira' dan di dalamnya berisi tentang hukum-hukum (ahkam) yang dibutuhkan umat sampai hari kiamat, dan hanya sahabat-sahabat spesial para Imam as saja yang pernah melihat langsung kitab tersebut. kitab tersebut merupakan sebuah peninggalan besar dalam bidang riwayat dan hadits yang saat ini berada di tangan Imam Zaman ajf.


4. Mushaf Fathimah adalah kumpulan riwayat dan hadits yang isinya berkaitan dengan masalah-masalah seperti: peristiwa-peristiwa serta fitnah-fitnah umat, khususnya fitnah yang terjadi atas keturunan Sayidah Fathimah as: sampai hari kiamat. Melihat fenomena terkait dengan munculnya berbagai keraguan (syubhat) atas adanya distorsi pada Al Qur'an dan juga munculnya Al Qur'an lain yang berada ditangan Syi'ah bernama Mushaf Fathimah:, maka demi adanya kejelasan para Imam Ma'shum as menegaskannya lewat ayat-ayat Al Qur'an.


5. Dengan bersandar pada riwayat-riwayat sejarah, paska Rasulullah saw wafat , Imam Ali as (atas perintah Nabi saw) mulai menyusun ayat-ayat dan surah-surah Al Qur'an berdasarkan urutan turunnya serta mencatat tafsir dan ta'wil setiap ayat, yang dengan usaha ini terbentuklah Mushaf Imam Ali as. Kitab ini dianggap sebagai salah satu sumber syi'ah paling tua dalam bidang riwayat dikarenakan ia mengandung riwayat-riwayat yang berisi tentang tafsir.


6. Nahjul Balaghah yang berarti metode berbicara secara ideal adalah nama dari kumpulan khutbah-khutbah, surat-surat dan kata-kata hikmah Imam Ali as yang dirampung serta dibukukan oleh almarhum Sayid Radhi (406 H). Sayid Radhi sendiri mengakui bahwa Nahjul Balaghah yang ada ditangan kita saat ini merupakan hasil seleksi dari sepertiga ucapan Imam Ali as. Nahjul Balaghah berisi sekitar 241 khutbah, 79 surat dan 480 hikmah. Dengan muatan yang luar biasa dan keindahan susunan Nahjul Balaghah, maka ia diklaim sebagai "kata-katanya lebih rendah dari Kalam Tuhan dan lebih tinggi dari kata-kata manusia".


7. Shahifah as Sajjadiyah merupakan kumpulan doa-doa Imam Sajjad as. Doa itu diucapkan oleh Imam Sajjad as semasa hayatnya dan dalam berbagai peristiwa dan kejadian. Meskipun sanad kitab ini terputus, namun ketinggian ucapan Imam dan muatannya yang menggambarkan pengetahuan irfan dan ma'arif (pengetahuan) Al Qur'an maka tidak diragukan lagi kalau ia berasal dari manusia suci (Imam Sajjad as). Shahifah as Sajjadiyah sekarang ini memiliki sekitar 54 buah doa.


8. Periode kedua perjalanan sejarah hadits Syi'ah adalah periode yang disebut dengan Periode " Ushul arba'umiah (Prinsip-prinsip 400) ". maksud dari Ushul arba'umiah adalah sebuah kumpulan hadits dan riwayat dari sejak Imam Ali as sampai Imam Hasan al 'Askari as, khususnya hadits dan riwayat yang ada pada masa Shadiqain (Imam Baqir as dan Imam Shadiq as).


9. Ushul (prinsip) pada umumnya kosong dari ijtihad dan pengungkapan pendapat pribadi seorang perawi dan hanya langsung menukil ucapan Imam Ma'shum as. dan hal inilah yang membedakan ia dengan kitab. Berdasarkan hal ini, Ushul (prinsip) merupakan tulisan-tulisan yang mana pada bagian-bagian yang terdapat riwayat-riwayat para Imam Ma'shum as, tidak ditemukan campur tangan atau intervensi serta juga riwayatnya tidak disusun dan diatur secara per-bab.


10. Para penyusun Kutub Arba'ah dalam mewujudkan kitab Jawami' Awwaliyah , mereka menggunakan riwayat-riwayat yang ada pada Ushul arba'umiah. Ini menunjukkah akan penting dan ketinggian posisi tulisan-tulisan ini.


11. Kendatipun Ushul arba'umiah itu ada sampai pada masa Syaikh Thusi (460 H) dan juga sejumlah informasi tentangnya, namun yang sampai pada masa kita, masa Allamah Majlisi (1111 H), hanya sekitar 16 Ushul (prinsip). Kodifikasi Jawami' Riwai (kumpulan riwayat) dan pembakaran atas perpustakaan syaikh Thusi merupakan faktor-faktor yang diprediksi sebagai penyebab hilangnya Ushul arba'umiah.


12. Masa kodifikasi (periode ketiga), terdapat empat kitab hadits, yaitu:


a. al Kafi karya Tsiqatul Islam Muhammad bin Ya'qub Kulaini (329 H).


b. Man La Yahdhuruhu al Faqih karya Muhammad bin Ali bin Babuyah (Syaikh Shaduq) (381 H).


c. Tahzib al Ahkam karya Syaikh al Thaifah Muhammad bin Hasan Thusi (460 H).


d. Al Istibshar Fi'ma'khtalaf min al Akhbar karya Syaikh Thusi.


Perlu diketahui bahwa Madinah al 'Ilm yang merupakan salah satu karya lain Syaikh Shaduq, juga dikalisfikasikan sebagai kitab Jami' hadits Syi'ah yang kelima, kendatipun saat ini tidak lagi bersama kita (hilang).


13. Tsiqatul Islam Muhammad bin Ya'qub Kulaini lahir sekitar tahun 255 H di sebuah desa bernama Kulain yang terletak di kota Rei. Dengan keilmuan dan posisi spiritual yang ia miliki sehingga seluruh ulama syi'ah menyanjungnya. Tulisan-tulisan beliau serta kata-katanya disela-sela riwayat-riwayat yang ada pada kitab Al Kafi menunjukkan bahwa selain dalam bidang hadits, beliau juga adalah seorang yang handal dalam ilmu kalam (teologi), fiqih, tafsir, dan sejarah.


14. Al Kafi merupakan Jami' Riwai (kumpulan Riwayat) Syi'ah paling awal dan sangat penting yang mencakup sekitar 16199 riwayat dan diklasifikasikan ke dalam tiga bagian: Ushul (prinsip-prinsip) dua jilid, Furu' (cabang-cabang) enam jilid, dan Raudhah satu jilid. Al marhum Kulaini menyusun kitab Al Kafi selama

20 tahun yang dimotivasi oleh keinginan untuk meluruskan agama masyarakat dan mencegah dari adanya perpecahan. Nilai plus dan karakter khusus kitab Al Kafi adalah: 1) kolektivisme/ komprehensif , dan 2) sistematis.


15. Kendati ada sebagian kalangan, seperti Mulla Khalil Qazwini, meragukan penisbahan Raudhah kepada Al Kafi, namun umumnya para Muhaddits Syi'ah menafikan keraguan tersebut dengan alasan bahwa melihat adanya kesesuaian riwayat-riwayat Raudhah dengan sanad-sanad seluruh riwayat-riwayat Al Kafi dan bahwa pula adanya jarak masa antara Ibnu Idris dengan level kedelapan atau kesembilan para perawi dan bahwasanya Najasyi dan Syaikh Thusi yang sudah ada pra Ibnu Idris, mengakui serta menganggap bahwa Raudhah itu merupakan bagian dari Al Kafi.


16. Syaikh Shaduq Abu Ja'far Muhammad bin Ali Babuyah al Qumi merupakan salah seorang ulama dan Muhaddits tersohor Syi'ah, dimana berkat doa Imam Zaman afj. Ia lahir kedunia ini di tengah-tengah sebuah keluarga yang berpendidikan. Selama kehidupan ilmiahnya, Syaikh Shaduq sangat dihormati oleh penguasa ketika itu, diantaranya Ali Buyah. Ia memiliki jumlah karya sebanyak 250 tulisan, diantaranya kitab Man Laa yahdhuruh al faqih. Syaikh Shaduq wafat pada tahun 381 H dan dimakamkan di kota Rei.


17. Man Laa yahdhuruh al faqih merupakan Jami' Riwai ( Kumpulan Riwayat) kedua Syi'ah yang dari sisi kekunoan dan validitas berada pada posisi setelah Al Kafi, dan memiliki sekitar 5998 riwayat dimana disusun guna mempelajari fikih secara otodidak (tanpa pembimbing) dan juga ia disusun dalam rangka memenuhi permintaan salah seorang sahabat dekat Syaikh Shaduq serta mencontoh kitab Man Laa yahdhuruh al Thabib karya Muhammad bin Zakaria Razi.

Diantara kekhususan kitab Man Laa yahdhuruh al faqih adalah terbatas hanya pada riwayat-riwayat yang ada kaitannya dengan fikih, tidak mencantumkan sanad-sanad riwayat kecuali perawi terakhir, dan sejumlah riwayat hanya menyebutkan nama Imam Ma'shum as dan ketentuannya di akhir kitab pada Masyaikh dan menyebutkan pandangan-pandangan fikih diantara riwayat-riwayat tersebut.


18. Abu Ja'far Muhammad bin Hasan Thusi, yang lebih dikenal dengan sebutan Syaik al Thaifah, lahir pada tahun 385 H di Thus kota Khurasan dan setelah mengenyam dan menjalani pendidikan serta bimbingan dari beberapa guru besar seperti Syaikh Mufid, beliau pun mencapai maqam dan kedudukan yang tinggi dan setelah peristiwa serangan fanatis ahlusunnah ke rumah beliau di Mahallah Karakh kota Baghdad, beliau berangkat menuju kota Najaf dan disana beliau mendirikan Hauzah Ilmiyah Najaf. Peninggalan-peninggalan (buku-buku, penerjemah.) Syaikh Thusi dalam berbagai tema Islam yang dijadikan sebagai dasar-dasar serta pondasi ajaran Syi'ah merupakan bukti akan keluasan ilmu dan perhatian besar beliau.


19. Tahzib al Ahkam dan Al Istibshar Fi'ma'khtalaf min al Akhbar merupakan dua pusaka kumpulan hadits dari Syaikh Thusi yang dianggap dan dikenal sebagai kitab riwayat yang berada pada urutan ketiga dan keempat kitab hadits Syi'ah dengan alasan bahwa riwayat kitab ini banyak menyandarkan ke Ushul arba'umiah dan juga muatannya yang cukup akurat. Secara istilah kedua kitab ini disebut sebagai Tahzibain.


20. Pada dasarnya Tahzib al Ahkam merupakan penjelasan berdasarkan literatur riwayat atas kitab Al Muqna'ah Syaik Mufid dimana kitab ini mencakup sekitar 13988 riwayat dan dicetak serta dipublikasikan dalam ukuran 10 jilid. Syaikh Thusi menyusun kitab ini dalam rangka memberikan jawaban atas kelompok-kelompok penentang yang menganggap bahwa riwayat-riwayat Syi'ah itu banyak yang paradoks. ( Wasail al Syi'ah juga merupakan penjelasan berdasarkan literatur riwayat atas buku fikih Syarai' al Islam buah karya Muhaqqiq Hilli).

Refleksi lebih sempurna mengenai riwayat-riwayat terkait furu' (cabang-cabang), refleksi riwayat-riwayat yang disepakati dan yang tidak disepakati, adanya penjelasan, tafsir dan ta'wil riwayat-riwayat merupakan ciri khas dari kitab Tahzib al Ahkam.


21. Al Istibshar Fi'ma'khtalaf min al Akhbar merupakan peninggalan kedua kitab hadits yang ditulis oleh Syaikh Thusi dan adalah salah satu kitab keempat dari kutub arba'ah (empat kitab hadits) yang disusun setelah kitab Tahzib al Ahkam dalam rangka menertibkan serta menyempurnakan riwayat-riwayat yang dianggap bertentangan. Kitab ini mencakup sekitar 5511 hadits dan dicetak serta dipublikasikan dalam empat jilid. Syaikh Thusi secara umum riwayat-riwayat dalam kitab Tahzibain, itu tidak menyebutkan sanad-sanadnya atau perawinya kecuali perawi yang terakhir dan diakhir kitab ini terdapat sebuah pasal yang diberi tema Masyaikh yang disana disebutkan metode beliau terhadap para perawi tersebut.


22. Antara kelompok Akhbari dan kelompok Ushuli terdapat perbedaan pandangan dalam menentukan kesahihan riwayat-riwayat yang ada pada Kutub al Arba'ah tersebut. kelompok Akhbari meyakini bahwa dengan memperhatikan isi Kutub al Arba'ah yang mana ia banyak menyandarkan dan mengambil riwayat dari kitab Ushul arba'umiah serta adanya pembelaan para penyusun kitab-kitab tresebut, seperti yang termaktub dalam mukadimah setiap kitab, atas kesahihan riwayat-riwayatnya sehingga kita tidak mungkin bisa meragukan kesahihan dan kebenaran riwayat-riwayat tersebut. Akan tetapi kelompok Ushuli, selain menafikan argumentasi yang dilontarkan oleh kelompok Akhbari, juga memiliki pandangan yang jauh berbeda dengan kelompok tersebut dimana kaum Ushuli berkeyakinan bahwa dengan adanya sejumlah riwayat lemah dalam kitab-kitab ini maka klaim yang menyatakan akan kesahihan serta ketegasan seluruh riwayat tersebut pun terbantahkan dan ternafikan. Dengan alasan inilah maka merupakan sebuah kemestian untuk melakukan analisis terhadap sanad dan teks dari setiap riwayat-riwayat tersebut secara terpisah.


23. Pada periode keempat dalam sejarah hadits Syi'ah (periode penyempurnaan dan Sistematisasi) terdapat sekelompok Muhadditsin yang berusaha mengumpulkan hadits-hadits serta riwayat Syi'ah yang tidak ditemukan dalam Kutub al Arba'ah dan menyusunnya dalam bentuk sebuah kitab. Kitab-kitab yang disusun berdasarkan cara penulisan diatas diantaranya adalah kitab Bihar al Anwar, Wasail al Syi'ah, Mustadrak al Wasail, dan Jami' Ahadits al Syi'ah.


24. Muhammad Baqir bin Muhammad Taqi, atau lebih dikenal Allamah Majlisi atau Majlisi kedua (1111 H) lahir pada tahun 1037 di kota Isfahan dan setelah mengenyam pendidkan serta pengajaran dari beberapa guru, seperti Majlisi pertama (ayahnya), dan Mulla Shaleh Mazandarani, beliau mulai menekuni secara mendalam ilmu hadits dan disamping aktifitas-aktifitas kemasyarakatannya, ia berhasil mempersembahkan sekitar 160 buah karya, 86 tema dalam bahasa Persia dan sisanya ditulis dalam bahasa arab. Kitab Bihar al Anwar dan kitab syarah beliau atas kitab Al Kafi ( Mir'ah al 'Uqul ) merupakan dua buah karya monumental beliau dalam bidang riwayat.


25. Bihar al Anwar al Jami'ah Lidurari Akhbar al Aimmah al Athhar (as), merupakan kitab hadits Syi'ah yang paling komprehensif dari pertama sampai abad sekarang. Kitab yang sekarang ini dicetak serta dipublikasikan dalam 110 jilid, di dalamnya terdapat ribuan riwayat dalam berbagai bidang pengetahuan seperti akidah, akhlak, tafsir, sejarah dan juga fikih. Allamah Majlisi telah dengan tekun dan dengan kerja keras berusaha mengumpulkan sumber-sumber yang dijadikan bahan referensi kitab Bihar al Anwar dan dengan membentuk sebuah kelompok kerja ilmiah dan juga atas kerjasama dengan para muridnya, kitab Bihar al Anwar dapat diselesaikan dalam jangka waktu 40 tahun. Diantara motivasi Allamah Majlisi menyusun kitab ini adalah adanya kekhawatiran terhadap hilangnya peninggalan-peninggalan dalam bidang riwayat dan juga munculnya kecenderungan masyarakat terhadap ilmu-ilmu aqli (akal) dan berpaling serta kurang begitu menghiraukan lagi riwayat-riwayat dan hadits.


26. Komprehensif, menjelaskan maksud riwayat, perhatian terhadap perbedaan teks dan tulisan-tulisan, refleksi riwayat-riwayat ahlusunnah, perhatian terhadap adanya konflik dan selisih pada riwayat-riwayat dan lain sebagainya, merupakan cirri khas kitab Bihar al Anwar.


27. Muhammad bin Hasan, yang lebih dikenal dengan nama Syaikh Hurra 'Amili lahir pada tahun 1033 H di Jabal 'Amil Libanon dan setelah 40 tahun tinggal di kota kelahirannya dan menuntut ilmu, beliau bermaksud melakukan perjalanan untuk berziarah ke maqam Suci Imam Ridha as di kota Suci Masyhad dan tinggal di kota tersebut dan pada tahun 1104 H, beliau berpulang kepangkuan Ilahi dan dimakamkan disamping makam mulia Imam Ridha as. Selama hidupnya di kota Masyhad, Syaikh sibuk menyusun berbagai kitab diantaranya kitab Wasail al Syi'ah. Jumlah karya yang beliau tinggalkan sekitar 24 tulisan.


28. Tafshil Wasail al Syi'ah ilaa Tahshil Masail al Syari'ah yang nama pendeknya Wasail al Syi'ah merupakan sebuah kitab hadits yang riwayat-riwayatnya diambil dari Kutub Arba'ah dan didalamnya juga terdapat 70 kitab lain serta mengandung sekitar 3585 riwayat dan dicetak serta dipublikasikan dalam 20 jilid. Diantara kelebihan-kelebihan kitab Wasail al Syi'ah adalah pada bagian penutup kitab ini, penyusun berusaha membahas secara sistematis kajian-kajian penting terkait dengan hadits dan juga ilmu rijal dalam 12 pasal.


29. Mustadrak al Wasail wa Mustanbith al Masail buah karya Mirza Husain Nuri (wafat 1320 H) merupakan sebuah kitab yang mencakup sekitar 23514 riwayat dimana dalam penyusunannya menggunakan berbagai referensi riwayat-riwayat fikih dan disodorkan sebagai penyempurna kitab Wasail al Syi'ah. Diantara kelebihan kitab ini adalah pada bagian penutup kitab ini, mencoba menerangkan serta memaparkan secara khusus kajian-kajian penting seperti pembelaan atas sumber-sumber yang dijadikan bahan referensi dalam kitab ini.


30. Ayatullah Burujurdi (wafat 1380 H) salah seorang marja' agung Syi'ah (periode baru ini) bersama para muridnya, dengan melihat adanya kekurangan-kekurangan pada kitab Wasail al Syi'ah, mencoba serta berhasil menyusun sebuah kitab hadits yang cukup komprehensif dalam beberapa jilid yang diberi nama Jami' Ahadits al Syi'ah. Kitab ini terus berlanjut kendati beliau pun sudah wafat. Diantara ciri khas kitab ini adalah menyebutkan ayat-ayat ahkam, menyebutkan secara sempurna seluruh riwayat tanpa ada pemotongan, penjelasan tentang solusi atas riwayat-riwayat yang bertentangan, menjelaskan tentang perbedaan tulisan atau teks/naskah, pemisahan dan penataan secara sistematis riwayat-riwayat tentang adab-adab dan akhlak, doa-doa serta zikir-zikir, mencantumkan riwayat-riwayat yang sesuai dengan fatwa dan kemudian riwayat-riwayat yang bertentangan atau berselisih dari sisi madlul (isi)-nya, menentukan tempat kembalinya dhamir (kata ganti) pada tempat-tempat tertentu, dan juga menjelaskan makna dari kata-kata yang dianggap sulit atau pun rumit.


31. Kitab al Wafi karya Mulla Muhsin Faidh Kasyani (wafat 1091 H) merupakan kitab hadits paling awal dan paling sempurna dimana seluruh riwayat-riwayat yang ada pada Kutub al Arba'ah terdapat di dalam kitab ini dengan konsentrasi bahwa ia mencoba menghapus riwayat-riwayat yang disebutkan secara berulang kali dalam Kutub al Arba'ah. Kitab ini terdiri dari 14 pasal. Motivasi beliau dalam menyusun kitab ini adalah menurut anggapannya, setiap dari Kutub al Arba'ah itu kurang begitu komprehensif dan juga adanya penakwilan yang tidak sesuai atas Tahzibain. Kitab Al Wafi, selain menghapus riwayat-riwayat yang disebutkan berulang kali dan menyodorkan model baru sebuah kumpulan riwayat, juga mencakup penjelasan-penjelasan yang sangat bermanfaat serta transparan dari pihak penyusun dalam rangka menghilangkan adanya keburaman serta kekaburan pada riwayat-riwayat tersebut.


32. Jamaluddin Hasan bin Zainuddin (putra Syahid Tsani) (wafat 1011 H) salah seorang ulama dan mujtahid tersohor Syi'ah pada abad kesepuluh yang memiliki sekitar 12 karya dalam berbagai bidang keilmuan Islam. Kitab Ma'alim al Din beliau masih tetap diajarkan di Hauzah-hauzah ilmiah. Dalam usaha beliau yang sangat berharga dimana mencoba membagi serta mengklasifikasikan riwayat-riwayat yang ada pada Kutub al Arba'ah kedalam dua kelompok, yaitu kelompok hadits-hadits yang dianggap sahih dan kelompok hadits-hadits yang dianggap hasan dan dari usaha ini beliau berhasil menyusun sebuah kitab yang diberi nama Muntaqi al Jiman fii al Ahaditsi al Shihah wa al Hisan. Pada permulaan kitab, dalam kaitannya dengan 12 hal yang bermanfaat, penyusun telah memaparkan kajian serta bahasan yang sangat penting lagi berfaedah. Namun perlu diketahui bahwa sangat disayangkan kitab ini terhenti sampai pada bab Haji saja dan tidak sempat diselesaikan.


33. Hadits Syi'ah pada dua dekade, yaitu: 1) abad 5 sampai abad 10. 2) abad 12 dan 13, mengalami kemunduran dan stagnasi. Menjamurnya kajian dalam bidang fikih dan ijtihad menjadi salah satu faktor yang menimbulkan stagnasi perkembangan hadits pada dekade ini. Gerakan kebangkitan dan pemulihan yang dilakukan kelompok Akhbari dibawah pimpinan Muhammad Amin Astar Abadi (wafat 1280 H) dan pendekatan yang dilakukan terhadap riwayat-riwayat tersebut, dapat mehidupkan kembali serta memberikan ruang gerak kepada ilmu hadits dan dengan kepergian Allamah Majlisi (wafat 1111 H) dan munculnya Wahid Bahbahani (wafat 1280 H) budaya dan tradisi yang berkembang pada hadits Syi'ah kembali mengalami stagnasi (?!).


34. Dari sejak abad 14 sampai pada masa kita sekarang, merupakan periode cemerlang dalam ilmu-ilmu hadits. Pada dekade sekarang, yang terjadi adalah munculnya pendekatan terhadap hadits dengan cara yang relatif modern dan baru, dimana poin-poin aslinya itu dapat dijelaskan sebagai berikut:


1. penelitian mendalam dan kritis atas sejarah hadits.


2. terbatasnya ruang kajian dan telaah hadits.


3. kritik dan perbaikan riwayat-riwayat.


4. gerakan penyusunan kamus-kamus riwayat.


5. menghidupkan kembali peninggalan-peninggalan ulama terdahulu.


6. pendekatan orientalis terhadap hadits.


7. pemanfaatan teknologi software computer dalam penelitian hadits


Published with Blogger-droid v2.0.4

Tidak ada komentar:

Posting Komentar